Rabu, 27 Maret 2013

Pedagogik - Konsep Dasar Pedagogik



A.      Pendidikan Dalam Arti Khusus dan Luas
Secara harfiah pedagogik merupakan salah satu kajian pendidikan. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya” . Jadi Pedagogik adalah ilmu pendidikan anak.
Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan yakni “education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan pendidikan di sekolah, dengan alasan bahwa di sakolah tempatnya anak dididik oleh para ahli khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagai profesi. Kata education dapat dihubungan dengan membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri anak.
Dalam arti khusus pendidikan hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukan oleh Drijarkara (Ahmadi, Uhbiyati:1991), bahwa:
a.    Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi permanusian anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.
b.    Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi perbudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya bias membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.
c.    Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bias melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.
Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figure sentral dalam pendidikan. Ayah dan Ibu bertanggung jawab untuk membantu memanusiakan, membudayakan dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan bantuan ayah dan ibu tersebut berakhir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia dewasa.
Dari uraian diatas pedagogik pembahasannya terbatas kepada anak, jadi yang menjadi objek kajian pedagogik adalah pergaulan pendidikan antara orang dewasa dengan orang yang belum dewasa.
Dalam konteks situasi pendidikan jadi proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai tahap dewasa. Pendidik dalam hal ini bisa orang tua atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri agar anak dapat menjadi dirinya sendiri.
Pendidikan Dalam Arti Luas
Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.
Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari pengertian pendidikan diatas (dalam arti luas) ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan:
Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia, tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat dan tanggung jawab pemerintah. Pemerintahan tidak boleh memonopoli segalanya. Bersama keluarga dan masyarakat, pemerintah berusaha semaksimal mungkin agar pendidikan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seluruhnya. Herderson (1959) mengemukakan bahwa pendidikan pada dasarnya suatu hal yang tidak dapat diletakkan manusia, suatu perbuatan yang “tidak boleh” tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik.
B.       Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya  manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia.
Pada hakekatnya anak merupakan titipan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tuanya untuk mendidiknya, membesarkannya menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab, terutama tanggung jawab moral. Orang tua tidak punya untuk bertindak sewenang-wenangnya terhadap anaknya.
Pendidikan tidak saja berusaha melimpahkan segala milik kebudayaan dari generasi sepanjang masa kepada generasi muda, melainkan juga berusaha agar generasi yang akan dating dapat mengembangkan dan meningkatkan kebudayaan ketaraf yang lebih tinggi. Dengan insting yang ada pada manusia hanya merupakan modal pokok kemampuan yang permulaan, yang memungkinkan manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Modal-modal kemampuan perlu dikembangkan. Jika manusia semata-mata hidup atas dasar instingnya, ia akan memiliki kehidupan yang sangat sederhana, primitif, bahkan tidak banyak berbeda dengan penghidupan hewan. Sehingga dengan pendidikan berusaha untuk mengangkat manusia dari taraf primitif ke taraf yang berbudaya, artinya pendidikan berusaha mengurangi peranan instink dan mengembangkan peranan pikiran dan budi manusia.
Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak lahir anak sebagai individu diasuh dan dididik oleh orang tuanya.
Lingkungan keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian individu, sebagai kesatuan kehidupan kejiwaan, yang merupakan modal dasar untuk dikembangkan lebih lanjut, sehingga manusia sebagai individu dapat mencapai taraf dan mutu kehidupan yang mungkin dicapai seseorang dalam kehidupan.
Lebih tinggi lagi cita-cita manusia sebagai individu menginginkan kehidupan ukhrawi yang baik, karena ia percaya, bahwa sehabis kehidupan duniawi, masih ada kehidupan lanjut alam rokhani. Dalam rangka seluruh kegiatan pendidikan, pendidikan perlu memperhatikan segi-segi kehidupan moral, religi dan kesehatan jiwa. Kadang-kadang usaha pendidikan spiritual itu dapat hambatan atau gangguan dari munculnya nafsu dari instingnya primitif, seperti egoisme, berkelahi, membunuh. Oleh karena itu pendidikan membantu seorang individu dapat mengatasi segala permasalahan hidup, mengatasi jenis konflik kejiwaan, meningkatkan kemampuan individu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dengan segala jenis masalah kesulitan dan perubahan nilai-nilai.
Manusia tidak saja hidup sebagai individu yang mempunyai kebebasan dan hak-haknya sebagai individu, namun manusia hidup pula dalam ikatan kerja sama dengan sesama manusia yang disebut kehidupan bermasyarakat. Kelompok kehidupan bermasyarakat banyak sekali ragamnya dan ruang lingkupnya baik itu besar maupun kecil. Kelompok-kelompok tersebut juga mengalami pendidikan sebagai kelompok seperti dalam kelas, dalam ikatan suatu sekolah, dalam kelompok studi (studi club), kelompok yang berkumpul di mesjid untuk bersembahyang bersama serta mendengarkan khotbah, dalam lapangan sepak bola atau lapangan jenis olahraga lainnya, bukan saja untuk latihan keterampilan sport melainkan juga untuk menghayati kegembiraan berolahraga dalam kelompok, belajar bersikap sportif, melainkan ketekunan dan keuletan dsb. Suatu kelompok yang bersifatnya abstrak, seperti kelompok pembaca harian tertentu juga mengalami pengaruh yang banyak mengandung unsur-unsur positif dan kontruktif dan sifatnya pendidikan pula.  
Pendidikan dalam prakteknya berbentuk pergaulan antara pendidik dan anak didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuan pendidikan yaitu manusia mandiri, memahami nilai, norma-norma susila dan sekaligus mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma tersebut. Pendidikan fungsinya membimbing anak didik dan bimbingan itu akan mempengaruhi anak didik kearah yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan yaitu untuk mencapai kedewasaannya karena pada hakikatnya anak itu juga manusia seperti pendidik dapat mempengaruhi dan dapat dipengaruhi. Proses mempengaruhi adalah proses psiko social yang berlangsung antara individu yang satu dengan individu yang lain karena manusia adalah makhluk sosial.
Menurut Jan Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih sayang yang merupakan sumber  bagi dua syarat yang lain yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk menghadapi anak karena sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan menggairahkan kejiwaan anak. Lagi pula hasil pendidikan kita tidak dapat dengan segera kita saksikan dalam satu dua tahun. Hasil pendidikan, baru dapat kita nilai bila anak telah mencapai kedewasaannya.
Mendidik sebagai proses terdapat dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik. Kedua individu terlibat dalam suatu hubungan sosial yang dinamis dan sifatnya dipengaruhi dan mempengaruhi secara timbal baik dan saling  mengikat. Hasil pendidikan bukan saja bergantung kepada pendidik, melainkan juga bergantung kepada kondisi dan situasi anak didik sendiri. Bila anak didik tidak mengadakan respons atau reaksi yang positif, aktif dan komunikatif serta kooperatif, usaha pendidik tidak akan banyak hasilnya. Jika sebaliknya maka pendidik juga dapat berreaksi negatif. Tetapi bila anak mengadakan reaksi, sangat bergantung kepada sikap pendidiknya. Sikap yang negatif, acuh tak acuh, sikap dingin, angkuh, tertutup dan sebagainya membuat anak sukar mengadakan sikap yang terbuka, bergairah, komunikatif dan koperatif.
Dari pemaparan diatas, dikatakan bahwa proses pendidikan terjadi dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik, yang melibatkan kedua pihak dalam suatu proses dinamika social-psikologi secara timbal balik. Dalam kegiatan keterlibatan antara pendidik dan anak didik sebagai proses pendidikan, terdapat suatu sistem saling mengikat, untuk mencapai suatu tujuan, yang sering dirumuskan sebagai pencapaian kedewasaan pada anak didik.
C.  Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
Teori pendidikan pada hakikatnya sangat penting karena pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan yang sangat luas.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan manusia, dapat kita amati sebagai suatu praktek dalam kehidupannya, seperti halnya dengan kegiatan manusia yang lain misalnya kegiatan dalam ekonomi, kegiatan dalam hokum, beragama dan sebagainya. Disamping itupula kita dapat mengkaji pendidikan secara akademik, baik secara empirik (pengalaman), yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikannya, maupun dengan renungan-renungan, yang mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu lingkup yang lebih luas. Hal yang pertama dapat disebut praktek pendidikan, sedangkan yang kedua disebut teori pendidikan.
Antara teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena memiliki hubungan komplementer (saling melengkapi), saling mengisi satu sama lainnya. Seperti misalnya pelaksanaan pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, sehingga dapat dijadikan sumber dalam menyusun teori pendidikan. Begitu sebaliknya suatu teori pendidikan sangat bermanfaat sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktek pendidikan.
Dalam prakteknya, memang ada orang yang tidak mengetahui atau mepelajari suatu teori pendidikan, namun ia berhasil membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga dapat terjadi, seorang ahli teori pendidikan belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi pendidik yang baik, belum dapat dijamin ia akan berhasil mendidik anaknya sendiri. Namun dari kasus diatas, jangan dijadikan alasan bahwa tidak perlu atau tidak ada manfaatnya apabila kita mempelajari teori pendidikan. Dalam hal ini J.H Gunning (Belanda) pernah mengemukakan bahwa “teori tanpa praktek merupakan perbuatan yang amat istimewa (genius), sebaliknya praktek tanpa teori bagi orang gila dan penjahat. Namun menurut Gunning bagi kebanyakan pendidik perlu paduan mesra dari keduanya (teori dan praktek).
Teori pendidikan (dalam hal ini pedagogik), perlu dipelajari secara akademik (secara ilmiah di Perguruan Tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi pendidik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sebab kalau tidak dibekali  teori pendidikan, jangan sampai terjerumus seperti yang dikemukakan oleh Gunning.
Ilmu pendidikan harus dipelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia, menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan menyangkut harkat derajat manusia serta hak asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan yang sembrono, melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang akan dituju.
Ilmu pendidikan harus dipelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia, menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan menyangkut harkat derajat manusia serta hak asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan yang sembrono, melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang akan dituju.
Ilmu pendidikan sebagai teori perlu dipelajari, karena akan memberikan beberapa manfaat :
a.    Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan dicapai.
b.    Untuk menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, walaupun teori tersebut bukan suatu resep yang jitu.
c.    Dapat dijadikan sebagai tolak ukur, sampai  dimana seseorang telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.
Ilmu pendidikan sebagai teori perlu kita pelajari karena praktek mendidik tanpa disadari oleh teori tentang pendidikan, akan membawa kita pada kemungkinan berbuat kesalahan. Ilmu pendidikan termasuk salah satu cabang ilmu pendidikan yang sifatnya praktis karena ilmu pendidikan mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip serta tujuan tentang kegiatan mendidik.
Melaksanakan pendidikan merupakan tugas moril yang tidak ringan. Ini berarti bahwa membuat kesalahan dalam mendidik anak, walaupun tidak disengaja, dan walaupun kecil, tidak dapat kita anggap enteng. Itikad baik pendidik dalam menunaikan tugasnya selalu berusaha untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau membatasi kesalahan-kesalahan seminimal mungkin.
Sebagai contoh kesalahan teknis pendidikan yang pertama dapat terjadi pada waktu mengajar guru hanya memperhatikan bahan pelajaran saja dan lebih banyak melihat kepada aksi para muridnya.
Pada umumnya kesalahan-kesalahan teknis dalam mendidik dengan akibat-akibat yang merugikan, tidak sukar dibetulkan atau dikoreksi. Bentuk kesalahan mendidik yang kedua, ialah kesalahan yang bersumber pada kepribadian pendidik sendiri. Kesalahan ini tidak mudah dibetulkan, karena mengoreksi struktur kepribadian seseorang tidaklah mudah dan untuk memperbaiki kepribadian dan prilakunya memerlukan kesediaan dan kerelaan yang bersangkutan serta memakan waktu yang lama.
Kesalahan mendidik yang ketiga ialah kesalahan konseptual, yaitu dalam menjalankan proses pendidikan, pendidik kurang menyadari bahwa kesalahannya dapat mempunyai akibat yang mendalam pada anak didik. Sebagai contohnya pada umumnya orang tua kurang menyadari, bahwa lima tahun yang pertama dalam kehidupan anak, merupakan dasar bagi perkembangan kejiwaan dan nasib kehidupan selanjutnya, banyak orang tua mengira bahwa proses mendidik itu harus dilakukan dengan banyak memberi nasihat dan sebagainya.
Dalam mempelajari teori pendidikan yaitu teori tentang membimbing dan memperbaiki anak didik adalah cara yang paling praktis.
D.       Pendidikan Dalam Ruang Lingkup Mikro dan Makro
Pendidikan dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil, dan pendidikan dalam ruang lingkup makro, mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala besar. Seperti telah dikemukan di muka bahwa lapangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas menyakut pengalaman dan pemikiran manusia dalam pendidikan. Pernyataan tersebut melihat pendidikan merupakan kegiatan manusia yang sangat luas, jadi ini dilihat dari lingkup makro. Pendidikan yang dilakukan secara nasional dengan segala perangkat aturannya seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mencakup pendidikan sekolah dan luar sekolah, berlangsung seumur hidup, hal tersebut melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).
Disamping kita mengkaji pendidikan dalam skala luas, kita bias mempelajari pendidikan dalam skala kecil, misalnya pendidikan dalam keluarga saja, pendidikan di sekolah saja, hal tersebut merupakan suatu kajian pendidikan dalam skala mikro (kecil).
Pengelompokkan kajian pendidikan secara mikro dan makro tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu : 1) Manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat  dan 2) Tanggung jawab pendidikan.
1.         Manusia Sebagai Individu dan Sebagai Anggota Masyarakat 
Manusia sebagai individu pada hakikatnya hidup bersama-sama di masyarakat, hidup bersama dengan orang banyak diluar dirinya. Antara individu dan masyarakat bagi seorang manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain, artinya individu tak mungkin berkembang dengan sebaik-baiknya, bahkan individu tak mungkin hidup, tanpa dibantu oleh dan hidup bersama dengan orang lain. Havigurst mengatakan bahwa manusia tidak akan menjadi manusia kalau ia tidak hidup bersama dengan dan dalam masyarakat.
Pendidikan individual termsuk ke dalam ruang lingkup mikro. Hal ini terutama terjadi dalam lingkungan keluarga, sejak anak berada dalam kandungan sampai dengan ia belajar di sekolah. Waktu masih dalam kandungan calon ibu sangat memperhatikan jasmani dan rohaninya hingga sampai hidup mulai dewasa.
Dalam periode pra-sekolah sang anak mendapatkan bimbingan individu dalam lingkungan keluarga, oleh ayah dan ibu serta kakak-kakaknya
Pendidikan kelompok yakni pendidikan yang dilaksanakan dalam kelompok misalnya pendidikan di sekolah, pendidikan pramuka, dan sebagainya. Dalam bentuk makro, seperti telah dikemukan di atas dapt dijumpai di lingkungan sekolah pada contohnya.
Alasan mengapa sampai menyelenggarakan pendidikan sekolah atau yang disebut pendidikan formal, baik pemerintah maupun swasta ini disebabkan karena :
1.    Orang tua yang kurang mampu memberikan pendidikan lanjutan setelah pendidikan di keluarga.
2.    Pendidikan sekolah relative lebih mahal dibandingkan dengan pendidikan keluarga, karena dalam pelaksanaannya menggunakan tenaga ahli beserta alat-alat pendidikannya.
3.    Sudah waktunya anak-anak yang tergolong dalam kelompok umur sekolah yang diberikan pendidikan dalam kelompok, karena anak tersebut sudah mulai belajar hidup bermasyarakat.
4.    Belajar dalam kelompok berbagai ilmu dan menyelesaikan tugas lebih jauh efisien dari pada belajar individual.
Berhubung dengan pentingnya peranan pendidikan sekolah untuk pembangunan, maka pemerintah mengembangkan dan mengatur seluruh pendidikan sekolah dan system pendidikan nasional, yang bertalian dengan pembangunan.
Pendidikan sekolah sebagai suatu system merupakan suatu investasi jangka panjang untuk mengembangkan sumber daya manusia serta menyiapkan barisan bekerja yang dibutuhkan untuk menempati berbagai jabatan dan fungsi dalam masyarakat yang akan dating. Hal itu sangat erat hubungannya dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja bangsa Indonesia sehingga Indonesia akan dapat menaikan pendapatan pertahun kapita.