A.
Pendidikan
Dalam Arti Khusus dan Luas
Secara
harfiah pedagogik merupakan salah satu kajian pendidikan. Menurut Prof. Dr. J.
Hoogveld (Belanda) Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing
anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri
menyelesaikan tugas hidupnya” . Jadi Pedagogik adalah ilmu pendidikan anak.
Dalam
bahasa Inggris istilah pendidikan yakni “education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan
dengan pendidikan di sekolah, dengan alasan bahwa di sakolah tempatnya anak
dididik oleh para ahli khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagai profesi.
Kata education dapat dihubungan dengan membimbing untuk mengeluarkan suatu
kemampuan yang tersimpan dalam diri anak.
Dalam
arti khusus pendidikan hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak
menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan
dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam
lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih
jelas dikemukan oleh Drijarkara (Ahmadi, Uhbiyati:1991), bahwa:
a. Pendidikan
adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi permanusian
anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.
b. Pendidikan
adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi
perbudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya bias membudaya sendiri sebagai
manusia purnawan.
c. Pendidikan
adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi
pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bias
melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.
Menurut
Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan
keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu
yang merupakan figure sentral dalam pendidikan. Ayah dan Ibu bertanggung jawab
untuk membantu memanusiakan, membudayakan dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya.
Bimbingan bantuan ayah dan ibu tersebut berakhir apabila sang anak menjadi
dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia dewasa.
Dari
uraian diatas pedagogik pembahasannya terbatas kepada anak, jadi yang menjadi
objek kajian pedagogik adalah pergaulan pendidikan antara orang dewasa dengan
orang yang belum dewasa.
Dalam
konteks situasi pendidikan jadi proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung
sejak anak lahir sampai anak mencapai tahap dewasa. Pendidik dalam hal ini bisa
orang tua atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing anak
yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri agar anak dapat
menjadi dirinya sendiri.
Pendidikan
Dalam Arti Luas
Pendidikan
dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan
merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang
hayat sejak manusia lahir.
Dalam GBHN
Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup”.
Dalam
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan
bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari
pengertian pendidikan diatas (dalam arti luas) ada beberapa prinsip dasar
tentang pendidikan yang akan dilaksanakan:
Pertama, bahwa
pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak
manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu
untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Konsekuensi dari
konsep pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa pendidikan tidak identik dengan
persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat.
Kedua, bahwa tanggung
jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia, tanggung jawab
orang tua, tanggung jawab masyarakat dan tanggung jawab pemerintah. Pemerintahan
tidak boleh memonopoli segalanya. Bersama keluarga dan masyarakat, pemerintah berusaha
semaksimal mungkin agar pendidikan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ketiga, bagi manusia
pendidikan merupakan suatu keharusan karena dengan pendidikan manusia akan
memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia
seluruhnya. Herderson (1959) mengemukakan bahwa pendidikan pada dasarnya suatu
hal yang tidak dapat diletakkan manusia, suatu perbuatan yang “tidak boleh”
tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai
suatu generasi yang lebih baik.
B.
Pentingnya
Pendidikan Bagi Manusia
Pendidikan
merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan
tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia
pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu
pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia.
Pada
hakekatnya anak merupakan titipan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tuanya untuk
mendidiknya, membesarkannya menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab,
terutama tanggung jawab moral. Orang tua tidak punya untuk bertindak
sewenang-wenangnya terhadap anaknya.
Pendidikan
tidak saja berusaha melimpahkan segala milik kebudayaan dari generasi sepanjang
masa kepada generasi muda, melainkan juga berusaha agar generasi yang akan
dating dapat mengembangkan dan meningkatkan kebudayaan ketaraf yang lebih
tinggi. Dengan insting yang ada pada manusia hanya merupakan modal pokok
kemampuan yang permulaan, yang memungkinkan manusia mempertahankan dan
mengembangkan hidupnya. Modal-modal kemampuan perlu dikembangkan. Jika manusia
semata-mata hidup atas dasar instingnya, ia akan memiliki kehidupan yang sangat
sederhana, primitif, bahkan tidak banyak berbeda dengan penghidupan hewan. Sehingga
dengan pendidikan berusaha untuk mengangkat manusia dari taraf primitif ke
taraf yang berbudaya, artinya pendidikan berusaha mengurangi peranan instink
dan mengembangkan peranan pikiran dan budi manusia.
Pendidikan
berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu,
maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak lahir anak sebagai
individu diasuh dan dididik oleh orang tuanya.
Lingkungan
keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian
individu, sebagai kesatuan kehidupan kejiwaan, yang merupakan modal dasar untuk
dikembangkan lebih lanjut, sehingga manusia sebagai individu dapat mencapai
taraf dan mutu kehidupan yang mungkin dicapai seseorang dalam kehidupan.
Lebih
tinggi lagi cita-cita manusia sebagai individu menginginkan kehidupan ukhrawi
yang baik, karena ia percaya, bahwa sehabis kehidupan duniawi, masih ada kehidupan
lanjut alam rokhani. Dalam rangka seluruh kegiatan pendidikan, pendidikan perlu
memperhatikan segi-segi kehidupan moral, religi dan kesehatan jiwa.
Kadang-kadang usaha pendidikan spiritual itu dapat hambatan atau gangguan dari
munculnya nafsu dari instingnya primitif, seperti egoisme, berkelahi, membunuh.
Oleh karena itu pendidikan membantu seorang individu dapat mengatasi segala
permasalahan hidup, mengatasi jenis konflik kejiwaan, meningkatkan kemampuan
individu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dengan segala jenis masalah
kesulitan dan perubahan nilai-nilai.
Manusia
tidak saja hidup sebagai individu yang mempunyai kebebasan dan hak-haknya
sebagai individu, namun manusia hidup pula dalam ikatan kerja sama dengan
sesama manusia yang disebut kehidupan bermasyarakat. Kelompok kehidupan
bermasyarakat banyak sekali ragamnya dan ruang lingkupnya baik itu besar maupun
kecil. Kelompok-kelompok tersebut juga mengalami pendidikan sebagai kelompok
seperti dalam kelas, dalam ikatan suatu sekolah, dalam kelompok studi (studi
club), kelompok yang berkumpul di mesjid untuk bersembahyang bersama serta
mendengarkan khotbah, dalam lapangan sepak bola atau lapangan jenis olahraga
lainnya, bukan saja untuk latihan keterampilan sport melainkan juga untuk
menghayati kegembiraan berolahraga dalam kelompok, belajar bersikap sportif,
melainkan ketekunan dan keuletan dsb. Suatu kelompok yang bersifatnya abstrak,
seperti kelompok pembaca harian tertentu juga mengalami pengaruh yang banyak
mengandung unsur-unsur positif dan kontruktif dan sifatnya pendidikan pula.
Pendidikan
dalam prakteknya berbentuk pergaulan antara pendidik dan anak didik, namun
tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuan pendidikan yaitu manusia
mandiri, memahami nilai, norma-norma susila dan sekaligus mampu berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma tersebut. Pendidikan fungsinya
membimbing anak didik dan bimbingan itu akan mempengaruhi anak didik kearah
yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan yaitu untuk mencapai kedewasaannya
karena pada hakikatnya anak itu juga manusia seperti pendidik dapat
mempengaruhi dan dapat dipengaruhi. Proses mempengaruhi adalah proses psiko
social yang berlangsung antara individu yang satu dengan individu yang lain
karena manusia adalah makhluk sosial.
Menurut
Jan Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih sayang yang merupakan sumber bagi dua syarat yang lain yaitu kesabaran dan
kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk menghadapi anak karena
sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan menggairahkan kejiwaan anak. Lagi
pula hasil pendidikan kita tidak dapat dengan segera kita saksikan dalam satu
dua tahun. Hasil pendidikan, baru dapat kita nilai bila anak telah mencapai
kedewasaannya.
Mendidik
sebagai proses terdapat dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik. Kedua
individu terlibat dalam suatu hubungan sosial yang dinamis dan sifatnya dipengaruhi
dan mempengaruhi secara timbal baik dan saling
mengikat. Hasil pendidikan bukan saja bergantung kepada pendidik, melainkan
juga bergantung kepada kondisi dan situasi anak didik sendiri. Bila anak didik
tidak mengadakan respons atau reaksi yang positif, aktif dan komunikatif serta
kooperatif, usaha pendidik tidak akan banyak hasilnya. Jika sebaliknya maka
pendidik juga dapat berreaksi negatif. Tetapi bila anak mengadakan reaksi,
sangat bergantung kepada sikap pendidiknya. Sikap yang negatif, acuh tak acuh,
sikap dingin, angkuh, tertutup dan sebagainya membuat anak sukar mengadakan
sikap yang terbuka, bergairah, komunikatif dan koperatif.
Dari
pemaparan diatas, dikatakan bahwa proses pendidikan terjadi dalam pergaulan
antara pendidik dan anak didik, yang melibatkan kedua pihak dalam suatu proses
dinamika social-psikologi secara timbal balik. Dalam kegiatan keterlibatan antara
pendidik dan anak didik sebagai proses pendidikan, terdapat suatu sistem saling
mengikat, untuk mencapai suatu tujuan, yang sering dirumuskan sebagai
pencapaian kedewasaan pada anak didik.
C. Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
Teori
pendidikan pada hakikatnya sangat penting karena pendidikan merupakan suatu
kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan yang sangat
luas.
Pendidikan
sebagai suatu kegiatan manusia, dapat kita amati sebagai suatu praktek dalam
kehidupannya, seperti halnya dengan kegiatan manusia yang lain misalnya
kegiatan dalam ekonomi, kegiatan dalam hokum, beragama dan sebagainya.
Disamping itupula kita dapat mengkaji pendidikan secara akademik, baik secara
empirik (pengalaman), yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikannya,
maupun dengan renungan-renungan, yang mencoba melihat makna pendidikan dalam
suatu lingkup yang lebih luas. Hal yang pertama dapat disebut praktek
pendidikan, sedangkan yang kedua disebut teori pendidikan.
Antara
teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
karena memiliki hubungan komplementer (saling melengkapi), saling mengisi satu
sama lainnya. Seperti misalnya pelaksanaan pendidikan dalam keluarga,
pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, sehingga dapat dijadikan
sumber dalam menyusun teori pendidikan. Begitu sebaliknya suatu teori
pendidikan sangat bermanfaat sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktek
pendidikan.
Dalam
prakteknya, memang ada orang yang tidak mengetahui atau mepelajari suatu teori
pendidikan, namun ia berhasil membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga dapat
terjadi, seorang ahli teori pendidikan belum dapat dijamin bahwa ia akan
menjadi pendidik yang baik, belum dapat dijamin ia akan berhasil mendidik
anaknya sendiri. Namun dari kasus diatas, jangan dijadikan alasan bahwa tidak
perlu atau tidak ada manfaatnya apabila kita mempelajari teori pendidikan.
Dalam hal ini J.H Gunning (Belanda) pernah mengemukakan bahwa “teori tanpa
praktek merupakan perbuatan yang amat istimewa (genius), sebaliknya praktek
tanpa teori bagi orang gila dan penjahat. Namun menurut Gunning bagi kebanyakan
pendidik perlu paduan mesra dari keduanya (teori dan praktek).
Teori
pendidikan (dalam hal ini pedagogik), perlu dipelajari secara akademik (secara
ilmiah di Perguruan Tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi pendidik baik
di sekolah maupun di luar sekolah. Sebab kalau tidak dibekali teori pendidikan, jangan sampai terjerumus seperti
yang dikemukakan oleh Gunning.
Ilmu
pendidikan harus dipelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia,
menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan menyangkut harkat derajat
manusia serta hak asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan yang sembrono,
melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka
membimbing anak kepada suatu tujuan yang akan dituju.
Ilmu
pendidikan harus dipelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia,
menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan menyangkut harkat derajat
manusia serta hak asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan yang sembrono,
melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka
membimbing anak kepada suatu tujuan yang akan dituju.
Ilmu
pendidikan sebagai teori perlu dipelajari, karena akan memberikan beberapa
manfaat :
a. Dapat
dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan
dicapai.
b. Untuk
menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam
praktek, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui
mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, walaupun teori tersebut bukan
suatu resep yang jitu.
c. Dapat
dijadikan sebagai tolak ukur, sampai
dimana seseorang telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.
Ilmu
pendidikan sebagai teori perlu kita pelajari karena praktek mendidik tanpa
disadari oleh teori tentang pendidikan, akan membawa kita pada kemungkinan
berbuat kesalahan. Ilmu pendidikan termasuk salah satu cabang ilmu pendidikan
yang sifatnya praktis karena ilmu pendidikan mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip
serta tujuan tentang kegiatan mendidik.
Melaksanakan
pendidikan merupakan tugas moril yang tidak ringan. Ini berarti bahwa membuat
kesalahan dalam mendidik anak, walaupun tidak disengaja, dan walaupun kecil,
tidak dapat kita anggap enteng. Itikad baik pendidik dalam menunaikan tugasnya
selalu berusaha untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau membatasi
kesalahan-kesalahan seminimal mungkin.
Sebagai
contoh kesalahan teknis pendidikan yang pertama dapat terjadi pada waktu
mengajar guru hanya memperhatikan bahan pelajaran saja dan lebih banyak melihat
kepada aksi para muridnya.
Pada
umumnya kesalahan-kesalahan teknis dalam mendidik dengan akibat-akibat yang
merugikan, tidak sukar dibetulkan atau dikoreksi. Bentuk kesalahan mendidik
yang kedua, ialah kesalahan yang bersumber pada kepribadian pendidik sendiri.
Kesalahan ini tidak mudah dibetulkan, karena mengoreksi struktur kepribadian
seseorang tidaklah mudah dan untuk memperbaiki kepribadian dan prilakunya
memerlukan kesediaan dan kerelaan yang bersangkutan serta memakan waktu yang
lama.
Kesalahan
mendidik yang ketiga ialah kesalahan konseptual, yaitu dalam menjalankan proses
pendidikan, pendidik kurang menyadari bahwa kesalahannya dapat mempunyai akibat
yang mendalam pada anak didik. Sebagai contohnya pada umumnya orang tua kurang
menyadari, bahwa lima tahun yang pertama dalam kehidupan anak, merupakan dasar
bagi perkembangan kejiwaan dan nasib kehidupan selanjutnya, banyak orang tua
mengira bahwa proses mendidik itu harus dilakukan dengan banyak memberi nasihat
dan sebagainya.
Dalam
mempelajari teori pendidikan yaitu teori tentang membimbing dan memperbaiki
anak didik adalah cara yang paling praktis.
D.
Pendidikan
Dalam Ruang Lingkup Mikro dan Makro
Pendidikan
dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam
skala kecil, dan pendidikan dalam ruang lingkup makro, mengkaji pendidikan yang
dilaksanakan dalam skala besar. Seperti telah dikemukan di muka bahwa lapangan
pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas menyakut pengalaman dan pemikiran
manusia dalam pendidikan. Pernyataan tersebut melihat pendidikan merupakan
kegiatan manusia yang sangat luas, jadi ini dilihat dari lingkup makro.
Pendidikan yang dilakukan secara nasional dengan segala perangkat aturannya
seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mencakup
pendidikan sekolah dan luar sekolah, berlangsung seumur hidup, hal tersebut
melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).
Disamping
kita mengkaji pendidikan dalam skala luas, kita bias mempelajari pendidikan
dalam skala kecil, misalnya pendidikan dalam keluarga saja, pendidikan di
sekolah saja, hal tersebut merupakan suatu kajian pendidikan dalam skala mikro
(kecil).
Pengelompokkan
kajian pendidikan secara mikro dan makro tersebut dapat dilihat dari dua segi,
yaitu : 1) Manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat dan 2) Tanggung jawab pendidikan.
1.
Manusia
Sebagai Individu dan Sebagai Anggota Masyarakat
Manusia
sebagai individu pada hakikatnya hidup bersama-sama di masyarakat, hidup
bersama dengan orang banyak diluar dirinya. Antara individu dan masyarakat bagi
seorang manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain, artinya individu tak
mungkin berkembang dengan sebaik-baiknya, bahkan individu tak mungkin hidup,
tanpa dibantu oleh dan hidup bersama dengan orang lain. Havigurst mengatakan
bahwa manusia tidak akan menjadi manusia kalau ia tidak hidup bersama dengan
dan dalam masyarakat.
Pendidikan
individual termsuk ke dalam ruang lingkup mikro. Hal ini terutama terjadi dalam
lingkungan keluarga, sejak anak berada dalam kandungan sampai dengan ia belajar
di sekolah. Waktu masih dalam kandungan calon ibu sangat memperhatikan jasmani
dan rohaninya hingga sampai hidup mulai dewasa.
Dalam
periode pra-sekolah sang anak mendapatkan bimbingan individu dalam lingkungan
keluarga, oleh ayah dan ibu serta kakak-kakaknya
Pendidikan
kelompok yakni pendidikan yang dilaksanakan dalam kelompok misalnya pendidikan
di sekolah, pendidikan pramuka, dan sebagainya. Dalam bentuk makro, seperti
telah dikemukan di atas dapt dijumpai di lingkungan sekolah pada contohnya.
Alasan
mengapa sampai menyelenggarakan pendidikan sekolah atau yang disebut pendidikan
formal, baik pemerintah maupun swasta ini disebabkan karena :
1. Orang
tua yang kurang mampu memberikan pendidikan lanjutan setelah pendidikan di
keluarga.
2. Pendidikan
sekolah relative lebih mahal dibandingkan dengan pendidikan keluarga, karena
dalam pelaksanaannya menggunakan tenaga ahli beserta alat-alat pendidikannya.
3. Sudah
waktunya anak-anak yang tergolong dalam kelompok umur sekolah yang diberikan
pendidikan dalam kelompok, karena anak tersebut sudah mulai belajar hidup
bermasyarakat.
4. Belajar
dalam kelompok berbagai ilmu dan menyelesaikan tugas lebih jauh efisien dari
pada belajar individual.
Berhubung
dengan pentingnya peranan pendidikan sekolah untuk pembangunan, maka pemerintah
mengembangkan dan mengatur seluruh pendidikan sekolah dan system pendidikan
nasional, yang bertalian dengan pembangunan.
Pendidikan
sekolah sebagai suatu system merupakan suatu investasi jangka panjang untuk
mengembangkan sumber daya manusia serta menyiapkan barisan bekerja yang
dibutuhkan untuk menempati berbagai jabatan dan fungsi dalam masyarakat yang
akan dating. Hal itu sangat erat hubungannya dengan peningkatan produktivitas
tenaga kerja bangsa Indonesia sehingga Indonesia akan dapat menaikan pendapatan
pertahun kapita.